Beriklan di Blog Ini? .
MURAH DAN MUDAH.
Info Lebih Lanjut [ KONTAK KAMI]

Biografi dan Pemikiran Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre termasuk dalam jajaran filsuf modern abad 20. Dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1905 di kota Paris. Latar belakang kehidupannya adalah dengan seorang ayah seorang angkatan Laut dan ibu seorang dosen di Universitas Sorbone. Kehilangan ayah dimasa kecil, Sartre dididik oleh kakeknya. Pengalaman di masa kecil Sartre ini yang banyak mempengaruhi pemikirannya.
biografi dan pemikiran sartre
Jean Paul Sartre. (img : Wikipedia)
Salah satu pengalaman masa kecilnya tercurah di buku ‘Kata Kata’ (Les Most). Ini menyentil kehidupan negatif pada masa kecilnya. Sartre berasal dari keturunan yang memeluk Protestan. Namun dia depak justru menjadi seorang katolik. Tetapi setelah menjadi dewasa dia lebih memilih untuk tidak menganut agama apapun, atheis. Sartre tidak mengakui adanya tuhan, sastra adalah agama terbaru. Begitulah prinsipnya yang bercita cita menjadi penulis ini.
Dari sisi kehidupannya yang lain. Sartre pernah hidup bersama Simone de Beavoir tanpa adanya ikatan pernikahan. Pasangan ini tidak menikah karena berpendapat, pernikahan hanya milik kaum berjouis kala itu. Ini sebagai bentuk kritik pada kaum kapitalis dan idealis pada saat itu.

Di tahun 1931, Sartre menjadi seorang guru besar filsafat di Paris and Laon. Kala itu dia bertemu dengan Huserl. Pertemuan tersebut mendatangkan ketertarikan Sartre untuk mendalami fenomologi untuk mencari tahu filsafat eksistensialisme. Kepopuleran diraih Sartre dari tulisannya yang berbentuk novel dan naskah drama. Sementara dalam ke-filsafat-an sebuah karyanya yang fenomenal adalah Being and Nothingness yang membahas tentang alam dan bentuk eksistensi alam.

Sartre juga dikenal sebagai tokoh pro kebebasan melaui gerakan sayap kiri. Sartre menyerukan bahwasanya tak ada dasar agama, tak ada yang harus mengendalikan. Semua manusia harus mengangalkan semua kekuatan yang ada pada dirinya sendiri. Beberapa karya yang menyinggung hal ini antara lain The Files, Nausea, The Walt, dan The Files.

Pokok Pokok Pemikiran Sartre

Sebagai penganut aliran eksistensialisme, pemikiran Sartre terlihat dari karya karyanya. Beberapa pandangan Sartre berbicara tentang manusia dan kebebasan.

Tentang Manusia Menurut Sartre

Dalam sudut pandang Sartre setiap manusia mempunyai kebebasn untuk menjadikan dirinya apa. Semua didasarkan dengan kemauan dan dicapai dengan tindakan. Mungkin saja kehidupan manusia tak berarti atau tidak realistis. Namun pastinya manusia hidup dengan aturan kesatuan aturan, budi luhu, keberaniandan bisa membentuk komunitas masyarakat.

Di beberapa karyanya seperti La Nausee, L’eksistensialisme est un Humanism tergambar bagaimana prihatinnya Sartre akan dasar dasar eksistensi manusia dan kebebasan. Manusia lahir tanpa memiliki apapun, seperti itulah manusia seharusnya, memiliki kebebasan dalam bertindak, kebebasan memilih tanggung jawab.

Sartre dikenal sebagai pengagum Nietzsche, tidak meyakini adanya Tuhan. Manusia tidak memiliki hubungan apapun dengan kekuatan luar. Kesimpulannya, manusia hanya memiliki kekurangan dalam keperibadian yang seharusnya. Manusia harus memiliki kepribadian yang sesuai dengan kondisinya.

Manusia tak hanya sekedar ada. Melainkan konsep setelah ada, dan apa yang diinginkan setelah memasuki eksistensi diri. Beliau meyakini tak ada bantuan dari luar diri ‘saya’. Manusiadisanfarkan pada sumber sendiri dan memiliki tanggung jawab pada pilihan. Eksistensialisme menunjukkan bahwa semua kebenaran pada setiap tindakan berkaitan dengan lingkungan dan manusia sebagai subjek. Terkait : Aliran Filsafat Eksistensialisme.

Tentang Kebebasan Menurut Sartre

Sebagaimana konsep dasar manusia dijelaskan diatas, bahwasanya manusia adalah makhluk yang bebas. Sartre merumuskan bahwa eksistensi lebih dahulu dari pad esensi. Hanya pada manusia mati bisa dijelaskan karakteristik manusia. Selama hidup semua karakteristik pada manusia masih belum jelas. Karena manusia hidup adalah manusia yang ‘bergerak’ bebas.

Kebebasan merupakan upaya penyelamatan diri dan menghadirkan penghormatan pada diri sendiri dibanding hanya menurut subjek.Kebebasan tersebut dicerminkan dengan adanya rasa cemas. Semua perbuatan ‘saya’adalah tanggung jawab ‘saya’. Bilamana telah menjauhi rasa cemas maka ini tentu akan menjauhi kebebasan. Tanpa rasa cemas tak akan ada gerakan.

Kebebasan adalah kemampuan manusia untuk memiliki keinginan. Letak keinginan dan kebebasan tersebut tidak berada pada orang lain. Tetapi berdiri sendiri dalam jiwa ‘saya’. Meskipun begitu Sartre mengakui ide dari Karl Marx. Namun, ide Karl Marx bukan akhir dari segalanya ; sebuah masyarakat tanpa kelas sosial. Sartre menambahkan setelah tercapainya masyarakat tanpa kelas maka kebutuhan manusia tidak sekedar makan, minum, pakaian, tempat tinggal saja. Manusia akan meningkat pada kebutuhan filsafat. Manusia akan meangkat topik topik baru seperti tentang kualitas kehidupan di masa mendatang. Terkait : Aliran Filsafat Materialisme oleh Karl Marx.