Memiliki nama lengkap Gottfried Wilhelm Leibniz, merupakan anak dari pasangan Friedrich Leibniz dan Catharina Schmuck. Ayahnya meninggal saat Leibniz berusia 6 tahun. Pada usia masa sekolah, beliau sangat memegang erat kehidupan yang relijius. Ketika beranjak dewasa beliau mulai tekun membaca buku buku teologi Katolik dan Protestan serta buku buku dengan tema metafisika.
Ketidakpuasan Leibniz dimulai dari sistem filsafat Aristotle. Keingintahuannya membawa beliau untuk mencari pengetahuan. Tepatnya di tahun 1661 pada usianya yang ke 15 tahun Leibniz mengambil kuliah pada jurusan hukum. Uniknya, meskipun berkuliah di jurusan hukum, beliau lebih banyak tertarik dengan filsafat.
Selepas lulus dari jurusan hukum, akhirnya di belajar ke kota Jena. Di sana beliau menuntut ilmu dengan Erhard Wiegel yang dikenal sebagai seorang ahli matematika juga sebagai ahli filsafat. Wiegel sendiri dikenal sebagai penganut Phytagorean dimana meyakini bahwa konsep alam semesta tercipta karena bilangan. Aliran ini cukup mempengaruhi pemikiran dasar Leibniz.
Pada umur 26 tahun, Leibniz bertemu dengan Christian Huygen. Huygen dikenal sebagai seorang ahli fisika dan populer dengan ilmu pengukuran waktu (horologi). Huygen juga dikenal dalam penelitiannya terhadap gerak cahaya. Pada pertemuan tersebut Leibniz dihadiahi sebuah buku tentang prinsip kerja pendulum secara matematis. Terang saja ini menimbulkan rasa tertarik dalam diri Leibniz. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menuntut ilmu pada Huygen.
Sebagai balasan unjuk gigi, Leibniz memperlihatkan hasil penemuannya, salah satunya yaitu mesin penghitung yang lebih hebat dari mesin penghitung Pascal.
Mesin penghitung pascal, dikenal hanya bisa melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan. Kehebatan mesin temuan Leibniz dimana mesin dengan fitur perkalian, pembagian dan penarikan akar.
Pada suatu kesempatan, beliau pernah diundang ke Royal Society London (Kelompok ilmuwan yang berpusat di London). Saat itu dengan mempertontonkan kehebatan mesin penghitungnya, beliau diberi anugerah dan diangkat sebagai anggota Royal Society yang non- warga negara Inggris.
Tidak selang berapa lama, 1673 beliau kembali ke Perancis. Di sini beliau diangkat jadi anggota Akademi Sains Perancis yang berkewarnegaraan asing yang nota benenya beliau adalah warga negara Jerman (hal ini juga didapat oleh Newton).
Dalam pendalaman matematika, Leibniz menuliskan beberapa penemuannya dalam kurun waktu 20 tahun. Namun karya tersebut tidak terpublikasikan. Karya tersebut membahas tentang kalkulus. Setelah 33 tahun kemudian, Newton mempublikasikan kalkulus yang intinya hampir sama dengan karya Leibniz.
Hal inilah yang menjadi titik awal perselisihan dalam Kalkulus yang dikenal dengan sejarah Kontroversi Newton dan Leibniz. Lebih lengkap bisa dibaca: Kontroversi Newton dan Leibniz
Perbedaan Pandangan Leibniz dan Newton dalam Kalkulus
Newton tidak setuju dimana perubahan kecil (infinitesimal) menuju tak hingga. Perubahan kecil ini hanya dianggap sebagai bagian kecil. Namun perubahan kecil tersebut memang seperti bilangan nol, namun nilainya tidaklah nol. Dengan kata lain, perubahan yang mendekati nol, tetapu nilainya besar dari nol. Ini cukup membingungkan bagi ahli matematika tentang konsep Newton ini. Meskipun terkesan 'salah' namun prinsip Newton ini cukup memberikan kontribusi besar dalam penyelesaian beberapa perhitungan saat itu.
Berbeda dengan Leibniz, beliau sangat memperhatikan perubahan kecil tersebut. Ketelitian perubahan ini tetap dilibatkan dalam perhitungan. maka perubahan kecil tersebut akhirnya ditulis dalam bentuk $ \frac {dy}{dx}$. Pada perhitungan, ketetilitan ini bisa dijelaskan dan ikut dihitung dalam metode Leibniz.
Oleh sebab itu, para ahli matematika lebih menyukai penggunaan notasi Leibniz dalam kalkulus seperti turunan yang dilambangkan dengan $ \frac {dy}{dx}$ dan integral dengan notasi $ \int$. Disebutkan juga pada diferensial Leibniz tidak boleh ada perhitungan 0/0. Para ilmuwan sepakat dengan hal ini, sementara pada perhitungan Newton perhitungan 0/0 pada diferensial tidak dibahas.
Newton, tetap bersikeras menyatakan diri sebagai penemu Kalkulus. Leibniz juga menyatakan hal yang sama, bahwasanya Kalkulus adalah hasil temuannya. Perselisihan terjadi, ahli matematika non-Inggris lebih percaya Leibniz. Sementara ahli matematika yang berasal dari Inggris mendukung bahwa penemu kalkulus adalah Newton.
Akibat perselisihan ini, ahli matematika Inggris menarik diri dari perserikatan ahli matematika Eropa. Mereka sedikit terisolasi. Sementara itu ahli matematika Inggris tetap menggunakan prinsip dasar kalkulus ala Newton.
Telah dijelaskan di atas, dari sisi kedalaman perhitungan tentu saja Leibniz lebih unggul dibanding Newton. Karena para ahli matematika Inggris tetap menggunakan metoda metoda Newton, akibatnya perkembangan matematika di Inggris bisa dikatakan kalah jauh dibanding negara Eropa yang menggunakan perhitungan dengan ketelitian 'Leibniz' seperti Perancis dan Jerman.
Perselisihan ini semakin memanas. Tahun 1713, Leibniz menerbitkan Charta Volans. Di sini dia menjelaskan bagaimana kelirunya Newton memahami turunan ke-dua, turunan ketiga dan selanjutnya. Berikutnya, lebih rinci ini juga dijelaskan oleh Johan Bernoulli.
Sedikit mengenai notasi dalam kalkulus, notasi $ \int $ dan $d(x^n)=nx^{n-1}$ ditemukan pada transkrip kalkulus Leibniz di tahun 1675 dan 1676.
Leibniz dan Bilangan Biner (Binary)
Di tahun 1679, Leibniz dikenal sebagai orang pertama yang mengunakan bilangan basis dua biner atau binary. Dari buku buku korespondensinya dengan Pierre Joachim Bouvet yang berprofesi sebagai misionaris di Cina.
Bouvet mengirimkan berkas berkas seperti I Ching, Heksagram. Ying Yang pada Heksagram dengan lambang garis putus putus dan garis lurus. Simbol garis putus putus dan garis lurus inilah yang nanti digantikan dengan sistem bilangan biner yang dikenal dengan 1 dan 0. Dengan begitu, Leibniz berhasil menerjemahkan transkrip Cina tersebut menajdi Biner.
Pada akhirnya, bilangan biner ini pulalah yang menjadi cikal bakal kelahiran komputer yang anda kenal saat ini.
Dalam riwayat lain juga diceritakan, Leibniz menjelaskan teori penciptaan alam semesta. Dimulai dari kehampaan lebih dari sekadar Tuhan/0 dan kehampaan/0. Teori ini disebarkan untuk memudahkan mengajak orang Cina (membantu temannya yang misionaris) untuk memeluk Kristen. Bahkan pengetahuan beliau tentang bilangan imajiner (i) $ \sqrt {-1}$ dijelaskan sebagai roh kudus.
Fenomena Mesin Penghitung Leibniz
Telah disebutkan, penemuan mesin penghitung oleh Leibniz spontan mengangkat namanya. Mesin ini ditemukan tahun 1667, di Frankfurt ketika beliau bekerja di Nurenburg.
Karena menangani beberapa proyek sains dan sosial, Leibniz mulai merancang sebuah mesin yang digunakan untuk menghitung. Meskipun sebelumnya telah ada mesin penghitung Pascal, namun keunggulan mesin penghitung Leibniz bisa digunakan dalam perkalian dan pembagian.
Menyinggung soal Geografi, Leibniz dinyatakan pernah melakukan pengamatan di Gunung Harz. Hasil pengamatan beliau menduga bahwasanya bumi ini terbentuk dari zat cair pada awalnya. Hipotesis beliau ini masih dihormati oleh para ahli Geografi.
Leibniz dan Spinoza
Leibniz pernah terlibat dengan Benedict de Spinoza. Beliau membawa rangkuman karya besar Spinoza yang berjudul Ethica (diterbitkan atas nama Leibniz). Rangkuman tersebut sebelumnya belum pernah terpublikasikan.
Karya Spinoza tersebut dipahami Leibniz. Lalu dijelaskan oleh Leibniz. Sebagian orang berkeyakinan bahwasanya karya tersebut memang punya Spinoza sepenuhnya. Namun, sebagian orang lebih percaya bahwasanya Leibniz hanya menjadikan karya Spinoza sebagai landasan awal berpikir. Berikutnya, apa apa yang disampaikan Leibniz adalah hasil pemikirannya sendiri. Ini diperkuat dengan adanya penerapan perkembangan etika dalam pembuktian geometri Euclid. Contoh lain tentang fungsi elips dan geometri non-Euclidia yang sebelumnya tidak pernah ada pada karya Spinoza.
Hingga saat ini, hal tersebut masih kontroversi, sebab belum ada bukti kuat yang menjelaskan bahwasanya Ethica tersebut apakah karya Spinoza sepenuhnya atau hasil pemikiran Leibniz.
Leibniz, Protestan dan Katolik
Leibniz bekerja cukup berpengalaman di bidang pustaka, sejarah dan penasehat. Sekitar tahun 1687 hingga 1690, beliau menjalani proyek penelitian sejarah. Hingga beliau sempat berkeliling Austria, Jerman dan Italia.
Kehebatan dirinya dibiang kepustakaan terbukti dengan adanya tawaran Paus untuk beliau menjabat sebagai ahli pustaka di Vatikan, Roma. Namun, ini ditolak Leibniz, sebab pabila ingin menjadi bagian Vatican tentu beliau harus memeluk Katolik.
Bukan tidak mau memeluk katolik, tetapi cita cita besar beliau sebagai seorang yang relijius adalah menyatukan kembali Protestan dan Katolik.
Beberapa keahlian lain dari Leibniz juga terlihat dari beberapa buku yang dia tulis. Misalkan tentang Philogi (ilmu tentang sejarah bahasa dan studi keperpustakaan), hukum internasional (Leibniz juga dikenal sebagai perintis dalam bidang ini), buku buku tentang pertambangan.
Dalam filsafat, jika anda mengenal teori Monads, maka Leibniz inilah pencetusnya. Teori ini menjelaskan bahwasanya subtansi dasar individu merupakan cerminan tatanan semesta atau bisa dibilang sebagai bentuk kecil/miniatur dari semesta alam dan semuanya berada dalam suatu tatanan.
Berikutnya, untuk metafisika, beliau juga membuahkan pemikiran dalam teorema Optimisme. Teori ini menjelaskan bahwasa semuanya diperuntukkan bagi yang terbaik dengan semua yang terbaik dari semua dunia yang dimungkinkan. Hanya saja teori terakhir ini tidak begitu dikenal luas, orang orang lebih kenal pengembangan teori ini oleh Voltaire dalam buku Candide. Baca juga: Pemikiran Leibniz dalam Filsafat Rasionalisme.
It is very interesting to me whether in a real life he looked like on a picture or not. Does anybody know who painted the portrait of him?
ReplyDelete