Beriklan di Blog Ini? .
MURAH DAN MUDAH.
Info Lebih Lanjut [ KONTAK KAMI]

Biografi dan Pemikiran Filsafat Wittgenstein

Ludwig Wittgenstein lahir di kota Wina di tanggal 26 April. Wittgenstein merupakan anak terakhir dari 8 bersaudara. Dilahirkan dengan ayah berlatar belakang Yahudi (kemudian memeluk agama Protestan). Ibunya sendiri dikenal sebagai pemeluk Katolik. Pekerjaan ayah Wittgenstein adalah sebagai pemilik indistri baja.
Filsafat Wittgenstein

Biografi Wittgenstein

Wittgenstein dikenal sebagai orang yang berbakat di bidang musik. Kemampuannya bisa memainkan clarinet, sehingga musik menjadi salah satu hal yang menjadi inspirasinya dalam berfilsafat. Pendidikan Wittgenstein dimulai pada tahun 1906 dengan belajar di sekolah teknik di kota Berlin. Pendidikan dilanjutkan masih di bidang teknik di kota Manchester (Inggris) pada tahun 1908.
Riset dalam pendidikannya lebih banyak mengenai sains penerbangan. Seperti mesin jet, baling baling pesawat. Penerapan konsep fisika dan matematika pada bidang tersebut membuat dia semakin tertarik pada fisika dan matematika. Ketertarikannya disampaikan pada G Frege, seorang ahli matematika dari Jerman. Dalam hal ini Frege merekomendasikan Wittgenstein untuk beruru pada Bertrand Russel di Cambridge. TerkaitBiografi Bertrand Arthur William Russell

Atas dasar itu, Wittgenstein melanjutkan pendidikan di Cambridge dan mendalami ilmu dari Russel. Hingga tahun 1918 Wittgenstein banyak menerbitkan buku tentang filsafat, karena di bawah pengaruh pemikiran Russel. Sebuah tulisannya yang berjudul Logisch Philosphoisce Abhandlungenn di Majalah Annalen der Naturphilosophie di tahun 1921. Terjemahan karya tersebut dibuat dalam bahasa Inggris. Gurunya, Russel memberikan kata pengantar pada tulisan tersebut, namun beberapa ulasan Russel tak disetujui Wittgenstein karena dianggap Russel tak mengerti apa yang ada dipikiran-nya.

Penerbitan tulisan tersebut dalam bentuk buku yang berjudul Tractus Logico-Philosophicu. Setelah itu Wittgenstein menerbitkan buku ke duanya dengan judul Notebooks pada tahun 1914-1916. Beberapa buku dan artiklel yang pernah ditulis Wittgenstein adalah.
  1. philosopische Untersuchungen/Philosopical investigation . 
  2. Philosophische Bemerkungen philosophische Grammatik 
  3. The blue and brown books 
  4. Remarks on the foundation of mathematics 
  5. Lectures and conversations on aesthetics, psychology and religious belief 
  6.  zettel ,
  7. On certainty ,
  8. Bemerkungen uber die Farben/Remarks on colour 
  9. Wittgenstein’s lectures: Cambridge 
Beberapa momen dalam hidupnya, Wittgenstein mengalami gangguan psikis berupa depresi. Bahkan sempat terpikir olehnya untuk bunuh diri. Akhir hayatnya pada tanggal 29 April 1951 di Cambridge setelah menderita kanker.

Filsafat Wittgenstein

Salah satu pemikiran dan ide Witgenstein yang dikenal adalah Alle Phulosophie istsprachkritk daam bukunya Tractatus logico Philoshopicus. Istilah tersebut merujuk bahwasanya filsafat adalah sebuah bahasa. Intinya filsafar dan bahasa merupakan dua hal tak terpisahkan. Filsafat ada karena adanya bahasa, dan bahasa (komunikasi) bisa ada karena seseorang ber-filsafat melalui penalaran dan logikanya.

Pengaruh Wittgenstein terasa sekali pada abad 20. Semasa hidupny Wittgenstein mengalama dua perubahan besar dan total. Perubahan pikiran tersebut sering di istilahkan orang dengan periode Wittgenstein I dan periode Wittgenstein II.

Wittgenstein I , Tractatus logico philosophicus

Penjelasan Wittgenstein pada tractatus logico philosophicus ini dijadikan dasar dalam ontologi. Konsep dasar dalam tractus ini adalah bagaimana mendeskripsikan realita di dunia dalam bahasa. Memang karya ini hanya sejumlah 75 halaman.

Namun, pemikiran dan ide dalam tractus ini mencakup  hakikat dunia yang dibahasakan. Dunia dipandang sebagai semua kumpulan fakta, dan fakta adalah realita yang terjadi, yang dialami dan bagaimana hubungannya dengan objek lainnya dalam komplekstivitas ruang dan waktu. Antara fakta dan dunia ini terdiri unsur penyusun yang dikenal dengan fakta atomik. Sebuah kutipan yang dikenal dari Wittgenstein dalam menjelaskan ini adalah.
Keseluruhan buku ini berbicara tentang bahasa, atau lebih tepat lagi bila dikatakan buku ini berbicara tentang logika bahasa. Salah satu unsur yang penting sekali dalam uraiannya adalah apa yang disebut picture theory atau teori gambar.
Wittgenstein berasumsi bahwa bahasa akan mengambarkan realita. Gambaran tersebut berupa fakta fakta sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Pada masa ini penggambaran realita dengan logika bahasa terkadang menimbulkan ambigu. Untuk itu Wittgenstein  mengupayakan agar tidak terjadi perselisihan makna dengan cara memberikan persyaratan proposisi harus beripa gambaran dan mewakili sebuah fakta. Gambaran harus memiliki karakteristik yang juga dimiliki proposisi tersebut.

Sebagai contoh, antara kota dan peta kota. Memang terbentuk dari dua materi yang berbeda, tetapi disini dapat terlihat bahwa orientasi hubungan elemen dalam kedua hal ini sama. Karakteristik yang seperti inilah yang dimaksudkan Wittgenstein.

Sesuai dengan prinsip di atas, implikasinya Wittgenstein tidak memberikan makna pada hal yang bersifat metafisika. Karena hal yang bersifat metafisis tersebut tidak bisa dibuatkan sebuah proposisi yang sesuai dengan realitanya. Kesimpulannya, Wittgenstein menolak hal yang berbau metafisis.

Konsep metafisika dianggap melebihi batas bahasa. Maksudnya, hal hal metafisis tidak bisa disampaikan dalam bentuk bahasa. Sebut saja, hal mengenai ke Tuhan-an, kematian dan lainnya. Dalam perihal sedemikian, Wittgenstein lebih berprinsip bahwa filsafat bukanlah suatu ideologi, paham ataupun ajaran. Filsafat adalah penjelasan kepada publik tentang apa yang bisa dikatakan dan menjelaskan apa yang tidak bisa dikatakan. Untuk hal yang tidak bisa dikatakan, Wittgenstein menjelaskan dalam bentuk metafora dan analogi. Ada 4 peran pokok bahasa dan penjelasan menurut Wittgenstein.

  1. Bahasa adalah gambaran yang menjelaskan dunia. Bahasa ini berperan sebagai subyek, bahasa bukan merupakan bagian dunia. Analoginya, bahasa ini adalah mata dan dunia adalah sebuah objek. Mata tidak akan bisa melihat dirinya sendiri, dengan arti : bahasa tidak bisa membahasakan dirinya sendiri.
  2. Kematian adalah batas dunia, dan ini berada diluar dunia. Jadi kematian ini tidak bisa digambarkan dengan bahasa.
  3. Tuhan juga dipandang sebagai hal yang tidak bisa dibahasakan. Semua diluar konsep realita dan gambaran atau termasuk dalam konsep metafisika.
  4. Bahasa tidak bisa menjelaskan dirinya sendiri.

Wittgenstein II, Philosophical investigations

Penerbitan buku Philosophical Investigations ini terdiri dari beberapa uraian singkat yang terdiri dari 693 poin. Terbitya buku ini atas bantuan murid Wittgenstein yaitu G Anscombe dan R Rhees. Pembahasan buku ini menjelaskan tiga hal yang sebelumnya berada dalam 'perandaian'.
  1. Bahasa hanya digunakan untuk tujuan menyatakan keadaan yang realistis.
  2. Kalimat dalm bahasa menggambarkan keadaan
  3. Jenis Bahasa apapun akan melibatkan logika didalamnya.
Sebuah bahasa dalam karya ke-dua Wittgenstein ini didefenisikan memiliki makna penggunaan, dan permainan bahasa. Makna penggunaan (Meaning in use) menurut Wittgenstein menjelaskan bahwasanya makna bergantung pada penggunaan dalam hidup.

Sementara permainan bahasa menurut Wittgenstein menjelaskan bahwasanya sebuah kata akan mendatangkan pemahaman hanya dalam satu kerangka acuan. Makna satu kata sangaat berkaitan erat dengan konteks hal yang dibicarakan dan dibahasakan. Terkait : Logika Sebagai Ilmu Matematika Murni.