Ketiga unsur (Epistomologi, Ontologi dan Aksiologi) ini yang menjadi standar apakah ilmu tersebut bisa disebut ilmiah atau tidak. Ke-tiga hal tersebut akan memberikan penjelasan dengan detail mengenai konsep ke-ilmiah-an. Filsafat ilmu akan memberikan jawaban atas validitas informasi, perumusan, metoda ilmiah yang dpergunakan, nalar yang melahirkan kesimpulan, sebab-akibat, metoda dan konsep terhadap ilmu.
Kebenaran Ilmu Penngetahuan didapat dari Filsafat Ilmu |
Kelahiran filsafat ilmu telah ada semenjak jaman Yunani Kuno. Termahsyur sudah beberapa tokoh yang tidak asing dalam dunia pengetahuan. Sebut saja Socrates, Socrates memprioritaskan metida diskusi untuk menggali permasalahan. Dengan diskusi tersebut akan diberi pertanyaan kritis sehingga ini memberikan banyak perkembangan kebenaran dalam diri manusia.
Namun sikap kritis Socrates menjadi bumerang. Para penganut Sophis (kaum sophistik) mempertanyakan dan tidak setuju dengan cara Socrates. Puncaknya Socrates disidang dan diputuskan untuk dihukum mati dengan cara meminum racun. Selengkapnya di : Filsafat Yunani Kuno pada Periode Awal.
Konsep dasar yang digunakan dalam filsafat ilmu adalah Empirisme. Empirisme merupakan bagaimana memandang pengetahuan dan ilmu yang telah didapat dari pengalaman indra manusia. Pengalaman indra menjadi tolok ukur pembuktian bahwa sesuatu tersebut ilmiah atau tidak.
Dugaan ilmiah akan di-tes ke-ilmiah-an-nya melalui percobaan (eksperimen) dan proses pengamatan. Proses mengamati dan melakukan eksperimen akan terus dilakukan hingga didapat sebuah konsistensi dari dugaan awal.
Konsep lain yang digunakan untuk filsafat ilmu adalah Falsibilitas. Konsep Falsibilitas diperkenalkan oleh Karl Popper pada tahun 1920-an. Konsep ini lebih berkembang di tahun 1960. Ilmu pengetahuan menurut Karl Popper akan berkembang jika teori yang telah ada bisa dibuktikan ketidak benarannya. Maksudnya, jika sebuah teori ternyata terbukti tidak benar, otomatis akan diusahakan sebuah solusi baru. Sementara jika sebuah teori tidak dapat dibuktikan tidak benar maka, manusia akan tetap menggunakan teori tersebut dan tidak akan termotivasi untuk sesuatu yang baru.
Namun untuk membantah dan membuktikan ke-tidak benaran teori yang ada harus dilakuka dengan sikap dan metode ilmiah. Dengan kritis dan tidak mencari alasan pembenaran yang tidak rasional. Baca juga: Aliran dan Paham dalam Filsafat Pendidikan.
Jadilah Komentator Pertama untuk "Pengertian dan Perkembangan Filsafat Ilmu"
Post a Comment