Beriklan di Blog Ini? .
MURAH DAN MUDAH.
Info Lebih Lanjut [ KONTAK KAMI]

Evaluasi Pembelajaran Matematika secara Konstruktivisme

Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran,perlu diklarifikasi seberapa bedakah anatara assesmen dan evaluasi. Menurut Webb(1992) evaluasi dalam pendidikan adalah suatu invetigasi sistematis tentang nilai suatu tujuan. Termasuk didalam nya evaluasi adalah kumpulan bukti-bukti secara sistemtis untuk membantu membuat keputusan tentang
a. Siswa belajar; b. Pengembangan materi ; c. Program

Beberapa ahli yang mendefiniskan assesmen:
a. Wood (1987,dikutip dalam Webb,1992)
“ assesmen dianggaop sebagai penyedian suatu pertimbangan menyeluruh dari suatu fungsi individu didalam melukiskan rasa paling luas dalam berbagai bukti baik kualitatif dan karenanya sampai kepada pengujian keterampilan kognitif dengan teknik paper-pencil untuk sejumlah orang.”

b. Webb and Briars(1990)
“assesmen dalam matematika adalah proses penentuan apakah siswa tahu. Merupakan suatu bagian dari aktivitas pengajaran matematika,yaitu pengecekan apakah siswa memahami,mendapatkan umpan balik dari siswa,kemudian menggunakan informasi ini untuk membimbing pengembangan pengalaman belajarnya.”

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan assesmen adalah cara guru mengases(menilai) prestasi siswa dalam belajar matematika. Evaluasi dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstrutivisme terjadi sepanjang proses pembelajaran berlangsung (on going assesment). Dari awal sampaiakhir guru memantau perkembangan siswa,pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika,ikut membentuk dan mengawasi proses konstruksi pengetahuan(matematika) yang dibuat oleh siswa.

Posisi pengajaran konstruktivis di antara pendekatan lain

Brady(1985) menawarkan lima model dan metode pembelajaran:
1) Model eksposisi
2) Model behavioristik
3) Model kognitif
4) Model interaksional
5) Model transaksional

Apabila kelima model-model diatas diletakkan pada garis kontinum,dari pendekatan yang berpusat kepada guru disatu sisi,dan pendekatan yang berpusat pada siswa di sisi lain,maka kelimanya berada diantara titik-titik ekstrim ujung-ujungya. Adalah tidak sederhana untuk mengatakan bahwa suatu pendekatan lebih mudah daripada pendekatan lain. Seperti telah dikatakan oleh Nisbet (1985) bahwa “ tak ada cara tunggal yang tepat untuk belajar dan tak ada cara terbaik untuk mengajar.” Namun demikina seoarang guru dapat menrapkan salah satu pendekatan yang cocok yang mempertimbangkan kondisi siswa. Dalam pendekatan konstruktivis siswa menjadi pusat perhatian. Siswa diharapkan mengkonstruksi pengetahuannya menurut diri mereka sendiri. Karenanya peranan guru cenderung sebagai fasilitator ketimbang penyedia informasi ( Cain,Kenney,&Schloemer,1994,hal 93).

Menurut Burton (1993) pandangan tradisioanal memandang matematika sebagai pengetahuan dan kerampilan yang terdenifisi secara ketat :
a) Belajar melalui transmisi
b) Belajar dengan sikap yang comliant (selalu mengalah)
c) Menilai siswa melalui tes menggunakan kertas dan pensil tanpa perlu terlihat. Terkait: Implementasi Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika

Sebaliknya pandangan konstruktivisme menolak pembelajaran yang dilakukan oleh pandangan tradsional dan meletakkan tanggung jawab belajar dari guru kepada siswa. Lebih jauh Burton (1993) mengusulkan bahwa “ tanggung jawab guru dalam proses belajar adalah untuk:
  1. ü Menstimulasi dan memotovasi siswa
  2. ü Menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman
  3. ü Mendiagnosa dan mengatasi kesulitan siswa
  4. ü Mengevaluasi
Kamii (1990) menambahkan bahwa “ kenyataan anak mengkonstruksi pengetahuan logika matematikanya sendiri tidak lantas menyebabkan bahwa peranan guru hanya duduk dan tidak mengerjakan apa-apa,sebaliknya peranan guru menjadi tidak langsung dan lebih sulit dibandigkan dengan kelas tradisional. Memperhatikan uraian di atas,maka pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivis tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

“seoarang guru matemtika hendaknya mempromosikan dan mendorong pengembangan setiap individu didalam kelas untuk meguatkan konstruksi matemtika,untuk pengajuan pertanyaan (posing), pengkontruksian,pengekspolarasi,pemecahan,dan pembenaran masalah-masalah matematika serta konsep-konsep matematika. Guru juga diharapkan mencoba berusaha mengembangkan kemampuan siswa untuk merefleksikan dan mengevaluasi kualitas konstruksi mereka (para siswa). Terkait: Belajar Matematika Menurut Paham Konstruktivisme.


Jadilah Komentator Pertama untuk "Evaluasi Pembelajaran Matematika secara Konstruktivisme"

Post a Comment