Peradaban Romawi Kuno
Peradaban yang dibangun di Romawi lebih mengedepankan sebuah ilmu yang sederhana tetapi digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti aritmatika. Penggunaanilmu ilmu matematika lebih dikembangkan dalam bentuk aplikasi yang nyata dalam kehidupan sehari hari. Tidak terlalu banyak membahas rumusan rumusan dan dalil yang abstrak. Sebagi contoh menggunakan matematika ekonomi dalam hal perhitungan bunga, pembagian harta warisan, perhitungan kalender dan lain sebagainya. Begitu juga geometri, berkembang dengan sangat baik dan diaplikasikan dalam bentuk bentuk bentuk proses pembanguan sebuah istana, atau tempat tempat lainnya.
Beberapa ahli matematika, yang terkenal dari bangsa Romawi adalah, S Julianus. Profesinya sebenarnya sebagai hakim di kota Roma. Ketenaran ini didapat berdasarkan kemampuan beliau menerapkan aritmatika dalam hukum pembagian harta warisan. Selanjutnya dikenal Astronom yaitu Sosiogenes. Peran Sosiogenes ini adalah membantu raja yang berkuasa ketika itu dalam pembuatan kalender. Baca: Sistem Numerasi Yunani Kuno.
Berikutnya dikenal seorang pengarang buku terpopuler. Hasil karyanya yang berjudul Institute Arithmatica, buku ini merupakan hasil pandangan serta terjemahan buku buku Aritmatika (ditulis Nicohamus) dan L’Geometrie yang ditulis oleh Euclid. Dalam perkembangannya matematika romawi terkenal dengan penemuan alat bantu hitung yang disebut Abacus (dekak dekak). Kemudian yang masih dirasakan hingga saat ini pastinya mengenal angka angka Romawi.
Beberapa ahli matematika, yang terkenal dari bangsa Romawi adalah, S Julianus. Profesinya sebenarnya sebagai hakim di kota Roma. Ketenaran ini didapat berdasarkan kemampuan beliau menerapkan aritmatika dalam hukum pembagian harta warisan. Selanjutnya dikenal Astronom yaitu Sosiogenes. Peran Sosiogenes ini adalah membantu raja yang berkuasa ketika itu dalam pembuatan kalender. Baca: Sistem Numerasi Yunani Kuno.
Berikutnya dikenal seorang pengarang buku terpopuler. Hasil karyanya yang berjudul Institute Arithmatica, buku ini merupakan hasil pandangan serta terjemahan buku buku Aritmatika (ditulis Nicohamus) dan L’Geometrie yang ditulis oleh Euclid. Dalam perkembangannya matematika romawi terkenal dengan penemuan alat bantu hitung yang disebut Abacus (dekak dekak). Kemudian yang masih dirasakan hingga saat ini pastinya mengenal angka angka Romawi.
Abacus / Swipoa Kuno |
Sejarah Perkembangan Abacus
Sejarah matematika makin populer ketika orang orang harus menghitung sekumpulan objek yang lebih dari sati. Penggunaan ini termasuk yang dilakukaan oleh bangsa Nomaden yang harus menghitung jumlah ternak yang dia miliki. Karena belum memiliki sistem bilangan dan angka, suku suku nomaden kuno ini mengambil kerikil untuk mewakili jumlah perhitungan ternak mereka. Satu kerikil artinya satu ternak. Biasanya untuk hitungan kelipatan sepuluh mereka akan menggunakan jari tangan sebagai perwakilan. Sebagai contoh, untuk mengatakan jumlah ternak mereka 23 maka mereka akan menunjukkan 2 jari dan 3 kerikil.Begitulah awal masalah bagaimana terbentuknya sebuah abacus di Romawi. Alat ini akan membantu jika ditemukan perhitungan yang lebih rumit. Sebenarnya asal usul abacus ini juga tidak bisa dicap sebagai penemuan asli dari Romawi. Karena sebelumnya prinsip penggunaan abacus ini juga telah ditemukan pada masa Yunani dan Babilonia. Awalnya bentuk abacus ini berupa permukaan pasir, sabak lilin dan batu lebar dengan tanda yang menunjukkan bilangan atau kerikil sebagai alat penghitung yang menunjukkan jumlah. Dari Kerikil sendiri jika di alih bahasakan kedalam bahasa latin di dapat kata Calculus. Dari sinilah asal usul penamaan kalkulus, dan ketika menghitung sesuatu itu dinamakan kalkulasi dengan alat bantu yang namanya kalkulator.
Perkembangan selanjutnya tentang abacus ini dikenal digunakan oleh bangsa Asia timu, asia tengah. Hanya saja yang diunakan berupa kerangka dari kayu dan biji bijian sebagai pengganti kerikil. Ini dianggap lebih ringan, alat abacus ini juga yang nantinya kita kenal dengan sebutan swipoa.